Mr.BOB KAMPUNG INGGRIS: Spesialis Terapi Ngomong Inggris + Pendongkrak PD, SMS : 0856-5568-1416 / 0857-8481-9391
Guys, apa yang terlintas kalo ane sebutin kata “Kampung Inggris”. Pasti hal pertama yang terlintas di benak mas bro sekalian adalah sebuah kampung dimana disini tinggal banyak orang-orang bule yang selalu berbicara bahasa Inggris seliweran dimana-mana. Atau mungkin yang kebayang adalah semua orang dari anak kecil sampai orang tua, dari tukang pecel sampai tukang soto cas cis cus ngomong bahasa Inggris betul?
Hahaha...oke laah kalo gitu langsung aja kita obrolon nih si kampung inggris..Ready?
Okey.. kalo gitu pertanyaan pertama, Kenapa kampung ini disebut “Kampung Inggris”?
Guys,sebenarnya ini bukan nama resmi dari sebuah desa. Nama ini cuman sebutan atau julukan untuk suatu perkampungan kecil yang damai, sejuk, nan jauh dari keramaian kota yaitu Desa Tulungrejo dan Desa Singgahan , Kecamatan Pare, Kabupaten Kediri, Jawa Timur. And for your information, semua yang tinggal disini tuh asli tulen penduduk Indonesia, gak ada bule-bule nya euy.Jadi, bukannya kampung tempat tinggalnya orang-orang bule.Yang pasti, mitos, anggapan, berita atau apalah namanya yang menyebutin kalo kampung ini adalah tempat hunian para bule itu…SALAH !!
...
Jadi kalo menurut ane, kenapa disebut kampung inggris, karena emang dari dulu di kampung ini banyak orang ngomong pake bahasa inggris dimana-mana di sekitar kampung sini. Di warung-warung, di jalan-jalan, di ATM, di toko buku dll, banyak yang kadang ngobrol pake bahasa inggris.
Trus..kok mereka pada banyak yang bisa ngomong inggris?
Iya laah mereka pada bisa ngomong inggris. Ya karena mereka pada kursus bahasa inggris di lembaga-lembaga kursus yang buanyaaak banget tersebar disini mas bro. Jadi yang ngomong inggris itu biasanya ya sesama member kursusan ketika mereka ketemu sapa di warung, di jalan atau dimana pun. Nah, karena yang datang dan kursus di kampung ini jumlahnya ratusan bahkan ribuan tiap bulan..jadi kebayang dong berapa banyak orang-orang yang ngomong inggris bercecer dimana-mana? Jadi terkesan lah seolah-lah kampung ini pada ngomong inggris.
Ooo.. jadi disini nih buanyak banget kursusan gitu ya, emang ada berapa banyak?...
Wah kalo di Tanya berapa banyak sih sebenarnya banyak banget. Sampai pertengahan tahun 2012 aja, tercatat terdapat sekitar 150 Lembaga Kursus di Kampung Inggris. Kalo menurut ane malah nih kampung udah kayak jadi pusat pembelajaran bahasa Inggris terbesar di Indonesia. Bayangin aja mas bro, 150 lembaga di satu kampung yang gak terlalu besar, W O W banget kan? Jadi gak heran dong kalo akhirnya banyak orang yang ngomong inggris di kampung ini, dalam rangka nya mereka praktekin tuh bahasa inggris mereka.
Trus, gimana critanya.. kok kampung kecil ini bisa berkembang dan sekarang udah jadi kayak semacam pusat pembelajaran bahasa inggris terbesar di Indonesia?
Oke..oke, sabar, ane bakal certain sejarahnya. Jadi ceritanya semua ini berawal dari didirikannya lembaga kursus yang bernama BEC (Basic English Course) oleh seorang penduduk pendatang yang bernama Pak Kallend Osen (Mr Kallen). Eiitts..jangan dipikir pak Kallen ini orang bule loh yah..beliau ini orang Indonesia asli mas bro. Berkat kerja keras dan usaha beliau ini lah akhirnya kampung ini berkembang pesat sedemikian luar biasanya.
Jadi gara-gara si Mr.Kallend, kampung inggris bisa berdiri kayak gini? Gimana critainya…
Ya boleh di bilang gitu lah. Emang pemicu awal terbentuknya kampung inggris ini adalah berkat kerja keras Mr.Kalend Osen ini. Jadi dulu critanya pas tahun1976, pak Kalend Osen itu adalah seorang santri asal Kutai Kartanegara yang lagi mondok di Pondok Modern Gontor, Ponorogo, Jawa Timur. Pas kelas lima, beliau terpaksa meninggalkan bangku sekolah karena gak kuat menanggung biaya pendidikan. Bahkan, beliau gak bisa balik kampung gara-gara saking gak punya biaya.
Terus ada seorang temannya ngasih tau ke beliau kalo ada seorang ustaz yang bernama KH Ahmad Yazid di Pare yang menguasai delapan bahasa asing. Pak Kalend muda tertarik mas bro, trus beliau kemudian berniat berguru dengan harapan minimal dapat menguasai satu atau dua bahasa asing dari sang ustadz. Singkat cerita nih pak kallend muda akhirnya tinggal dan belajar di Pesantren Darul Falah, Desa Singgahan, milik Ustaz Yazid.
Nah pada suatu hari, ada dua orang mahasiswa dari IAIN Sunan Ampel, Surabaya datang ke pesantren. Kedatangan dua mahasiswa itu untuk belajar bahasa Inggris kepada Ustaz Yazid sebagai persiapannya menghadapi ujian negara yang bakal diadain dua pekan lagi di kampusnya.
Nah Kebetulan waktu itu Ustaz Yazid ke luar kota,lagi ke Majalengka jadi kedua mahasiswa itu cuman ditemui sama ibu Nyai Ustaz Yazid. Gak tau knapa, tiba-tiba Nyai Ustaz Yazid, kedua mahasiswa itu diarahkan buat belajar kepada Kallend muda yang baru aja nyantri.
Dua mahasiswa itu kemudian menyodorkan beberapa lembaran kertas yang berisi 350 soal berbahasa inggris ke kallend muda yang waktu itu lagi nyapu halaman masjid. Trus Kalend muda akhirnya memeriksa soal-soal itu dan kemudian meyakini kalo dia bisa mengerjain lebih dari 60 persen soal-soal ini. Kalend menyanggupi permintaan itu dan mereka akhirnya terlibat proses belajar mengajar yang dilakukan di serambi masjid area pesantren. Pembelajarannya cukup singkat, dilakukan secara intensif selama lima hari saja.
Gak disangka mas bro, sebulan kemudian mereka (dua mahasiswa) balik ladi dan ngasih tau kalo mereka lulus ujian. Keberhasilan dua mahasiswa ini ni akhirnya kesebar di kalangan mahasiswa IAIN Surabaya dan banyak dari mereka akhirnya mengikuti jejak seniornya buat belajar sama si Kalend muda. Promosi dari mulut ke mulut pun akhirnya menjadi awal terbentuknya kelas pertama.
Akhirnya sejak saat itu, pada 15 Juni 1977 di desa setempat, Kalend mendirikan lembaga kursus dengan nama Basic English Course (BEC) dengan cuman enam siswa di kelas perdana.
Pada awal berdirinya BEC, fasilitas yang dimiliki sangat terbatas, karena hanya berlokasi di teras masjid yang diperuntukkan untuk anak-anak desa yang kurang menguasai bahasa inggris. Selanjutnya di rumah-rumah yang membolehkannya mengajar, dan akhirnya sampai punya gedung sendiri. Begitulah perjuangan Pak Kallen yang konsisten dan pantang menyerah sampai mengantarkan BEC jadi begitu terkenal dan lulusannya diakui kualitasnya. Ya ini nih mas bro, yang mengundang banyak pendatang dari se-antero nusantara untuk belajar bahasa Inggris disana. Sampai-sampai gak ada tempat lagi di BEC untuk menampung para calon murid tersebut.
Trus di tahun 1990-an, banyak alumninya yang didorong untuk membuat lembaga kursus untuk menampung pelajar yang tidak mendapat kuota akibat membeludaknya pelajar di BEC. Akhirnya ya gitu, banyak alumni nya yang ngediriin kursusan di sekitar BEC.
Nah, dari sinilah mulai “berkembangbiak” beberapa lembaga kursus baru untuk memenuhi permintaan yang semakin meningkat. Beberapa lulusan BEC tetap mengajar disana dan beberapa yang lain mendirikan lembaga kursus sendiri. Lembaga kursus yang didirikan pun semakin bervariasi dari segi waktu, spesialisasi program, metode serta biayanya.
Tapi gak semua lulusan BEC memilih untuk mengajar dan mendirikan kursusan sendiri mas bro. Ada juga yang buka warung, jualan bakso, dagang soto, membuka tempat fotokopi dll. Dan mereka semua bisa berbahasa Inggris. Mungkin dari sinilah asal cerita bahwa “bahkan tukang bakso sampai tukang soto pun bisa berbahasa Inggris”.
Gitu tuh mas bro ,mbak bro...kurang lebih cerita tentang sejarah nya kampung inggris,okey?!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar